Popular Posts

Tuesday, March 26, 2013

KESAKSIAN SHA'UL (PAULUS) TIDAK PERNAH MEMBATALKAN TORAH

KESAKSIAN SHA'UL (PAULUS) TIDAK PERNAH MEMBATALKAN TORAH
Andre Widodo
© ORI


















Shalom,



Sheliach Sha'ul (Rasul Paulus) adalah seorang Rabbi (Guru Agama Judaisme), seorang Sheliach (Rasul), seorang tokoh yang sangat unik dan hampir sebagian besar surat- suratnya menjadi fondasi bagi ajaran Gereja Kristen. Sayangnya, banyak Gereja-Gereja Kristen zaman modern yang salah dalam memahami semua tulisan Rabbi ini.

MENGENAL SHA'UL (PAULUS) - KELUARGANYA
Fil 3:5
disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,

Fil 3:6
tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat





Di dalam manuskrip Yunani TEXTUS RECEPTUS ditulis [εβραιος εξ εβραιων - EBRAIOS EK EBRAIOUN] dan dalam naskah PESHITTA ARAMAIK ditulis [EBRAIYA BAR EBRAIYA] dan dalam manuskrip Ibrani ditulis [עברי בן-עברים - IVRI BEN IVRIM], yaitu "orang Ibrani dari orang-orang Ibrani". Alkitab LAI menerjemahkan sebagai orang Ibrani asli. 


Sebuah frase yang menekankan bahwa ia berdarah asli Yahudi, yang bermakna bahwa baik ibunya dan ayahnya memiliki garis keturunan yang dapat dilacak ke-Yahudi-an-nya. Arti yang lain adalah mengidentifikasikan Sha'ul (Paulus) sebagai seseorang yang menampakkan semangat terhadap Torah. 

J.B. Lightfoot mencatat, bahwa daftar tersebut merupakan susunan mendaki. Dengan mengatakan, “orang Ibrani dari orang-orang Ibrani”, pada bagian akhir, berfungsi sebagai kesimpulan yang menarik perhatian kepada susunan daftar secara keseluruhan. Komponen yang satu dengan yang lain dihubungkan kepada komponen yang terdahulu. Fakta bahwa telah disunatkan pada hari kedelapan, menunjukkan bahwa orang tuanya adalah orang yang mentaati perintah Torah, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka adalah seorang yang mengikut agama Judaisme, semenjak kaum proselit (orang non Yahudi yang mengikut agama Judaisme) juga menyunatkan anak-anak mereka. Kemudian Sha'ul (Paulus) menambahkan, “dari bangsa Israel”, yang mana dia hendak menegaskan garis keturunan dari orang tua asli, bukan seorang proselit. 

Meskipun dari kaum Israel, dapat saja mereka berasal dari suku yang tidak taat kepada Torah, sehingga Sha'ul (Paulus) menyatakan diri sebagai, “dari suku Benyamin”. 

Artinya, Sha'ul (Paulus) menekankan bahwa ia berasal dari suku yang setia terhadap Torah. Karena ada beberapa suku dari Israel yang terpengaruh oleh pengaruh Hellenisme, (yaitu: faham Yunanisasi disegala bidang, baik kebudayaan, kehidupan sosial, politik dan keagamaan) di lingkungan tempat tinggal mereka, kemudian meniru baik bahasa maupun kebiasaan dari kebudayaan orang-orang Yunani Romawi. 

Ketika Sha'ul (Paulus) mengatakan sebagai “orang Ibrani dari orang-orang Ibrani”, dia menunjukkan bahwa dia berasal dari keluarga yang mempertahankan bahasa dan kebudayaan Ibrani, salah seorang yang tidak menerima pengaruh Hellenisme pada saat itu.

Dengan demikian, patut diduga bahwa frasa “orang Ibrani dari orang-orang Ibrani”, digunakan oleh Sha'ul (Paulus) untuk mengidentifikasikan dirinya dan keluarganya sebagai seorang yang bergaya hidup Yahudi yang taat kepada Torah, seseorang yang tetap mempertahankan bahasa Ibrani sebagai bahasa ibu, di mana Torah memainkan peranan penting dalam iman dan kehidupan secara umum.


MENGENAL SHA'UL (PAULUS) - PENDIDIKANNYA
Kis 22:3
Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Elohim sama seperti kamu semua pada waktu ini.

Dalam Kis 22:3, dijelaskan bahwa walaupun Sha'ul (Paulus) berasal dari Tarsus, tetapi ia dibesarkan di Yerusalem. Kata kerja yang dipakai adalah [ανατεθραμμενος - ANATREPOMENOS], yang artinya adalah  “BERTUMBUH” baik secara fisik maupun kerohanian. 

Sha'ul (Paulus) bertumbuh di kota Yerusalem, dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Gamaliel adalah seorang "Rabban" yaitu "Chief Rabbi", yaitu "Rabbi yang mengepalai SANHEDRIN". Gamaliel adalah cucu dari Rabbi Hillel, seorang Rabbi Farisi yang sangat berpengaruh dalam Judaisme abad pertama.

Berapa lama kira-kira Sha'ul (Paulus) tinggal di Yerusalem? 

Berdasarkan Misnah Avot 5:21, pembacaan Kitab Suci dimulai bagi setiap anak laki-laki pada usia 5 tahun, sementara pada usia 10 tahun dipersiapkan untuk mempelajari Torah Lisan (Misnah).

James L. Crenshaw, dalam buku berjudul "Education in Ancient Israel" mengatakan bahwa pendidikan Sha'ul (Paulus) sebagai anak muda dimulai dengan pelajaran ALEPH-BET, yaitu alphabet dalam bahasa Ibrani, menggunakan Torah sebagai yang utama, baik untuk huruf maupun membaca. Dia juga selalu mengawali dengan "Shema" dan kemudian berkembang untuk memahami liturgi, yaitu doa-doa yang kemudian dikenal dengan sebutan Shemonei Esrei (Delapan Belas Berkat), bersama pula dengan berkat-berkat yang diucapkan saat makan.

Dia akan menghafal doa-doa ini sebagaimana bagian-bagian lain dari Torah, belajar membaca dan menuliskan huruf Ibrani. Jika dia belajar di ruang kelas, maka biasanya para murid tidak akan lebih dari 25 murid. Yang pasti adalah di ruang kelas, Sha’ul muda telah mempelajari keahlian dasar yang diperlukan untuk membaca dan mempelajari Torah dan mengikuti jenjang pendidikan berikutnya, yaitu Torah Lisan. Torah Lisan, sebelum ditetapkan sebagai Misnah, adalah termasuk kurikulum para kaum bijaksana. Untuk mempelajari Torah Lisan, diperlukan seorang pembimbing, seseorang yang dipercaya sebagai CHAKAM [חָכַם ], yaitu “orang bijak” dan bagi Sha'ul (Paulus), orang tersebut adalah Gamaliel, seorang Rabban dari golongan Farisi. 


KESAKSIAN SHA'UL (PAULUS) MENGENAI TORAH 
Melihat status pendidikan Sheliach Sha'ul (Rasul Paulus), yang di mulai dari umur 5 tahun, sampai ia menjadi dewasa, maka kita bisa melihat bahwa Sha'ul (Paulus) sangat terdidik dalam penguasaan bahasa Ibrani, dalam Torah, baik Tulisan maupun Lisan, serta berbagai keilmuan lainnya seperti keahlian sebagai Sofer (Penulis Torah), Mohel (Melakukan Sunat) dan lain sebagainya. Tidak heran jika beliau cukup produktif membuat dan mengirimkan berbagai surat-surat penggembalaan kepada jemaat-jemaat yang dia dirikan. 
  
Surat-surat Sha'ul (Paulus) mempunyai makna yang sangat dalam dan terkadang tidak mudah dimengerti. Sheliach Kefa (Rasul Petrus) memberikan peringatan :
2 Pet 3:15 
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.
2 Pet 3:16
Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.
2 Pet 3:17
Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.

Karena itu, mari kita mendengarkan kesaksian langsung dari Rabbi Sha'ul (Sheliach Sha'ul) tentang bagaimana pandangannya terhadap Torah.

KESAKSIAN PERTAMA :

Kis 21:24
Bawalah mereka bersama-sama dengan engkau, lakukanlah PENTAHIRAN dirimu bersama-sama dengan mereka dan tanggunglah biaya mereka, sehingga mereka dapat mencukurkan rambutnya; maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, MELAINKAN BAHWA ENGKAU TETAP MEMELIHARA HUKUM TAURAT.

Dalam Kis 21:24, kita melihat bahwa Sha'ul melakukan suatu ritual yang bernama PENTAHIRAN, di dalam Judaisme dikenal sebagai [נזיר - NAZIR], yaitu suatu SUMPAH atau NAZAR bahwa ia tidak melanggar suatu perintah di dalam Torah sama sekali. Peraturan tentang NAZIR ini di atur dalam Bilangan 6:2-6 dan Bilangan 6:13-18.


KESAKSIAN KEDUA :
Kis 23:1

Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku TETAP hidup dengan HATI NURANI YANG MURNI [συνειδησει - SUNEDESEI] yang murni di hadapan Elohim."

Kata [συνειδησει - SUNEDESEI] berasal dari kata kerja [συνειδω - SUNEIDO], yaitu SADAR; BERMORAL; MEMAHAMI; MENGERTI. Ketika Sha'ul (Paulus) mengatakan bahwa ia tetap hidup dengan SADAR; BERMORAL di hadapan Elohim, sebenarnya ini memberikan bukti bahwa Sha'ul (Paulus) tetap hidup dengan berpegang teguh kepada Torah.


KESAKSIAN KETIGA :
Kis 25:8
Sebaliknya Paulus membela diri, katanya: "Aku sedikitpun TIDAK bersalah, baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Elohim atau terhadap Kaisar."


Apakah Sha'ul (Paulus) berbohong di dalam sidang pengadilan di Kis 25:8? Jika memang Sha'ul (Paulus) berbohong di dalam sidang pengadilan, maka ke-KRISTEN-an zaman modern ini harus menerima sebuah tulisan dari seorang pembohong.

Karena itu, dalam Kis 25:8, Sha'ul (Paulus) tidak mungkin berbohong, melainkan ia BENAR-BENAR mengatakan bahwa ia sedikitpun TIDAK PERNAH bersalah, baik terhadap Torah, maupun terhadap Bait Suci.

Semua surat-surat Sha'ul (Paulus) dapat ia pertanggung jawabkan, karena tidak ada satu suratpun dari dirinya yang mengajarkan untuk melanggar Torah, atau bahkan sampai membatalkan Torah.

KESAKSIAN KEEMPAT :
Fil 3:6
tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, TENTANG KEBENARAN DALAM MENTAATI HUKUM TAURAT AKU TIDAK BERCACAT.

Pernyataan Sha'ul (Paulus) dalam suratnya di Fil 3:6 kepada jemaat-jemaat, ia tetap konsisten bahwa DI DALAM MENTAATI TORAH, IA TIDAK BERCACAT. Bahkan sampai saat ia menuliskan surat di Fil 3:6, karena kata kerja yang dipakai saat menulis suratnya adalah bentuk "present tense".


Pertanyaan :
1. Jika Sha'ul (Paulus) TIDAK pernah mengajarkan jemaat untuk membatalkan Torah, berdasarkan kesaksian dari dirinya sendiri, lalu mengapa ke-KRISTEN-an zaman modern malah mengabaikan Torah dan tidak perduli dengan Torah? Siapakah yang salah?

2. Ketika Sha'ul (Paulus) menuliskan kata "di bawah hukum Taurat" apakah yang ia maksudkan sebenarnya dengan "di bawah hukum Taurat [υπο νομοσ - UPO NOMOS]"? 
Rom 6:14Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada DI BAWAH HUKUM TAURAT [υπο νομον - UPO NOMOU], tetapi di bawah kasih karunia.

Rom 6:14
αμαρτια γαρ υμων ου κυριευσει ου γαρ εστε υπο νομον αλλ υπο χαριν

Rom 6:14
For sin will not have authority over you; because you are not under LEGALISM but under grace.

Kata [υπο νομον - UPO NOMOU] yang dimaksudkan oleh Sha'ul (Paulus) adalah sebenarnya LEGALISME, bukan TORAH-Nya, tetapi sisi LEGALISME dari TORAH.

Apakah sisi LEGALISME dari TORAH?
Dr David H Stern PhD, dalam Jewish New Testament Commentary menjelaskan sebagai berikut :


"You are not under LEGALISM (Greek: UPO NOMON; Sha 'ul's use of this phrase discussed in depth at Gal 3: 23b N). The word "NOMOS," literally "LAW" and often translated "TORAH" in the Jewish New Testament (Mat 5: 17 &N), must here be rendered "LEGALISM," which is defined in Rom 3: 20b as PERVERSION OF THE TORAH INTO A SYSTEM OF RULES FOR EARNING GOD'S PRAISE WITHOUT TRUSTING, LOVING OR COMMUNING WITH GOD THE GIVER OF THE TORAH."

Sisi LEGALISME dari TORAH adalah :
Ketika seseorang merubah Torah menjadi suatu sistem untuk mendapatkan merit dari Elohim tanpa keluar dari hati yang mengasihi, tanpa mempercayai, tanpa kerinduan untuk bersekutu dengan Elohim sendiri yang memberikan Torah, itu didefinisikan oleh Sha'ul (Paulus) sebagai [υπο νομον - UPO NOMOU].

Kalimat yang sederhana :
Jika seorang anak memilih taat melakukan semua perintah dari orang tuanya dengan tujuan untuk mendapatkan merit, tanpa memiliki hati mengasihi dan mempercayai orang tuanya, maka anak tersebut sudah melakukan LEGALISME.

Torah, menurut Sha'ul (Paulus) adalah BENAR, BAIK dan KUDUS.
Rom 7:12
Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.

Tetapi jika kita melakukan Torah yang adalah BENAR, KUDUS dan BAIK hanya dengan suatu LEGALISME, maka itu adalah KEMUNAFIKAN. Bukan Torah-nya yang buruk, tetapi manusia yang melakukannya yang buruk.

Hal ini tercermin dari Mat 23:2-3.
Mat 23:2
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.

Mat 23:2
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Kita perhatikan bahwa yang Mesias Yeshua kritik dari para ahli Torah dan orang-orang Farisi adalah bukan Torah yang mereka ajarkan, tetapi yang Mesias kritik adalah sikap kelakuan mereka yang penuh dengan LEGALISME.

Dan itulah situasi yang dihadapi oleh Yeshua dan para murid-murid-Nya, dan itu juga yang dihadapi oleh Sha'ul (Paulus), yaitu LEGALISME. 

Sebagai pengikut Mesias, kita mengerti bahwa Torah TIDAK dibatalkan, tetapi dibuat menjadi sempurna, dan setiap praktek yang ingin membuat Torah menjadi suatu LEGALISME ditolak. (*Ingat, bukan Torah-Nya yang ditolak, tetapi LEGALISME-nya yang ditolak*).

Itu adalah kesimpulan dari isi semua surat-surat Sha'ul (Paulus) kepada para jemaat-jemaat Mesianik. Seperti yang Sheliach Yochanan (Rasul Yohanes) katakan :

Yoh 1:17
sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.

Artinya :
Torah diberikan oleh Musa, tetapi cara meng-aplikasi-kan Torah yang benar ditunjukkan oleh Mesias Yeshua, bukan oleh Tradisi Rabinikal

Baruch HaShem b'Shem Yeshua HaMashiach.     

No comments:

Post a Comment